Selasa, 25 Maret 2014




 





1.      Sejarah coklat
Beberapa literatur mengungkapkan bahwa tanaman kakao berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan di Amerika Selatan bagian utara. Penduduk yang pertama kali mengusahakannya sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku Indian Maya dan suku Astek (Aztec). Mereka memanfaatkan kakao sebelum orang-orang kulit putih di bawah pimpinan Christopher Colombus menemukan Amerika. Suku Indian Maya adalah suku yang dulunya hidup di wilayah yang kini disebut sebagai Guatemala, Yucatan, dan Honduras (Amerika Tengah). Kedatangan suku Astek dari daerah utara kemudian menaklukkan suku Maya dan menguasai kebun-kebun kakao milik suku Maya. Mereka mulai belajar menanam serta mengolah kakao menjadi makanan dan minuman cokelat. Ketika bangsa Spanyol datang pada tahun 1591, suku Astek-lah yang mereka kenal sebagai penanam dan yang mengusahakan tanaman kakao (Soenaryo, 1978 ; Minifie, 1970).
Pada waktu itu, pengolahan biji kakao oleh orang-orang Indian dilakukan dengan cara menyimpan biji kakao dan mengeringkannya di bawah sinar matahari. Bij yang telah dikeringkan tersebut selanjutnya disangrai di dalam pot tanah, tetapi sebelumnya kulit bijinya dihilangkan dan digerus dengan lumpang batu. Adonan ini kemudian dicampur dengan jagung dan rempah dan dijadikan kue atau dodol. Untuk membuat minuman, secuil kue ini diaduk dengan air yang dapat juga ditambahkan dengan vanili. Campuran ini disebut dengan “chocolatl” (Chatt, 1953). Pada waktu itu biji kakao tidak hanya digunakan sebagai minuman, tetapi juga digunakan sebagai alat barter, pembayaran upeti, juga digunakan dalam kegiatan upacara keagamaan dan pengobatan (Wood, 1975).


2.      Pengertian dari cacao
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri (Departemen Perindustrian, 2007).
Kakao merupakan tumbuhan tahunan berbentuk pohon yang biasanya mempunyai ketinggian hingga 10 m. Tanaman kakao dapat tumbuh dan berproduksi baik pada keadaan iklim dan keadaan tanah yang sesuai. Kakao merupakan tanaman tropis yang suka akan naungan (Shade Loving Plant) dengan potensi hasil bervariasi 50-120 buah/ pohon/ tahun (Rahmitasari, 2010).
Dalam komoditas perdagangan kakao dunia dibagi menjadi dua kategori besar biji kakao :
a.         Kakao mulia (“fine cocoa”) Secara umum, Kakao mulia diproduksi dari varietas Criolo
b.        Kakao curah (“bulk or ordinary cocoa”) Kakao curah berasal dari jenis Forastero (Depperin, 2010).
Batang dan Cabang
Warna batang coklat tua kehitaman, alur pada kulit batang utama teratur dan rapi, sedangkan alur pada cabang kurang tegas. Permukaan batang utama kasar, alurnya berwarna agak keputihan.
Daun
Bentuk daun ujungnya runcing, ada penyempitan pada pangkalnya (bottle neck) warna daun hijau tua tegas, sedangkan daun muda merah. Daun muda ditumbuhi bulu yang berwarna merah.
Bunga
Letak dan sebaran bunga pada batang dan cabang merata. Kuncup bunga warna merah, tangkai berwarna merah dan bagian bawahnya agak kekuningan, panjang tangkai bunga rata-rata 1,1 cm. Bunga mekar berdiameter 1,2 cm dan tinggi mahkota bunga ± 0,8 cm. Kelopak bunga bagian atas dan bawahnya agak kemerahan. Bunga memiliki 5 benang sari palsu.
Buah
Buah muda (pentil) berwarna merah agak mengkilat,ujung pentil runcing, pangkal pentil tumpul. Buah memiliki 10 alur berwarna putih kehijauan sedang warna punggungnya merah, terdapat penyempitan yang jelas pada buah dan ujung buah runcing. Buah masak berwarna merah jingga yang dimulai dari alurnya. Ketebalan kulit pada alur terdalam ± 1cm dan ketebalan kulit pada punggungnya 1-3 cm, kulit keras.
Biji
Warna kulit biji basah coklat kekuningan dengan alur pada kulit biji tegas, jumlah alur pada kulit biji rata-rata 15,4. Jumlah biji per buah 30-35. Berat biji basah tanpa pulp rata-rata 2,54 gram. Warna kotiledon biji dominan putih tetapi tardapat beberapa biji ungu muda (Satriono, 2009).


3.     Cara Penanaman
Lubang tanam dibuka kembali sebesar tanah putaran atau besarnya keranjang / plastik dari bibit sebelum penanaman dilakukan.
Sebelum bibit ditanam, bagi bibit keranjang atau kantong plastik, kranjang atau plastiknya harus dilepas terlebih dahulu dengan cara :
Ø Mula – mula alas keranjang / kantong plastik digunting.
Ø  Lalu bibit dimasukan ke dalam lubang tanam yang dibuat sebesar tanah putaran dengan telapak tangan sebagai penumpu alas bibit.
Ø  Kemudian dinding keranjang atau kantong plastik digunting dari atas kebawah.
Ø  Sesudah itu keranjang atau plastik ditarik keluar.
Setelah bibit di tanam sedalam leher akar maka tanah disekitar bibit dipadatkan serta permukaannya dibuat meninggi menuju leher akar.
Ø  Hama 
·         Penggerek cabang (Zeuzera coffeae)
Bagian yang diserang adalah cabang berdiameter 3-5 cm.
Gejala: cabang mati atau mudah patah.
Pengendalian: membuang cabang yang terserang, kemudian dengan predator alami:
·         jamur Beauveria bassiana
·         Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis sp.)
Bagian yang diserang buah dan daun muda, kuncup bunga.
Gejala: bercak kakao kehitaman berbentuk cekung berukuran 3-4 mm. Pengendalian:
membuang bagian yang terserang. Predator: belalang sembah, kepik predator. Selain itu menggunakan insektisida Baytroid 50EC, Lannate 25 WP, Sumithion 50 EC, Leboycid 50 EC, Orthene 75 SP. 
·         Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella atau Cocoa Mot.)
Bagian yang diserang adalah buah kakao.
Gejala: daging buah busuk.
Pengendalian: membuang dan mengubur buah sisa panen dengan serempak, menutupi buah dengan kantung plastik dengan lubang di bagian bawah. 
·         Kutu putih (Planococcus citri.)
Bagian yang diserang adalah tunas, bunga, calon buah.
Gejala: timbul tunas tumbuh tidak normal (bengkok). Selain itu terlihat pertumbuhan bunga dan calon buah tidak normal.
Pengendalian: gunakan insektisida  berbahan aktif monokrotofas, fosfamidon, karbaril. 
·         Ulat kantong (Clania sp., Mahasena sp.)
Bagian yang diserang adalah daun dan tunas.
Gejala: tanaman gundul dan kematian pucuk.
Pengendalian: dengan parasit Exoresta uadrimaculata, Tricholyga psychidarum  . Selain itu gunakan insektisida racun perut, Dipterex dan Thuricide.
Kutu jengkal (Hyposidra talaca.)
Bagian yang diserang adalah daun (muda dan tua).
Gejala: habisnya helaian daun, tinggal tulang daun saja.
Pengendalian: gunakan insektisida Ambush 2 EC, Sherpa 5 EC (0,15-0,2%). 

1.      Cara Panen
 Untuk memanen cokelat digunakan pisau tajam. Bila letak buah tinggi, pisau disambung dengan bambu. Cara pemetikannya, jangan sampai melukai batang yang ditumbuhi buah. Pemetikan cokelat hendaknya dilakukan hanya dengan memotong tangkai buah tepat dibatang/cabang yang ditumbuhi buah. Hal tersebut agar tidak menghalangi pembungaan pada periode berikutnya. Pemetikan berada di bawah pengawasan mandor. Setiap mandor mengawasi 20 orang per hari. Seorang pemetik dapat memetik buah kakao sebanyak  1.500 buah per hari.  Buah matang dengan kepadatan cukup tinggi dipanen dengan sistem 6/7 artinya buah di areal tersebut dipetik enam hari dalam 7 hari. Jika kepadatan buah matang rendah, dipanen dengan sistem 7/14.