1.
Sejarah coklat
Beberapa
literatur mengungkapkan bahwa tanaman kakao berasal dari hutan-hutan tropis di
Amerika Tengah dan di Amerika Selatan bagian utara. Penduduk yang pertama kali
mengusahakannya sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku Indian Maya dan
suku Astek (Aztec). Mereka memanfaatkan kakao sebelum orang-orang
kulit putih di bawah pimpinan Christopher Colombus menemukan Amerika. Suku
Indian Maya adalah suku yang dulunya hidup di wilayah yang kini disebut sebagai
Guatemala, Yucatan, dan Honduras (Amerika Tengah). Kedatangan suku Astek dari
daerah utara kemudian menaklukkan suku Maya dan menguasai kebun-kebun kakao
milik suku Maya. Mereka mulai belajar menanam serta mengolah kakao menjadi
makanan dan minuman cokelat. Ketika bangsa Spanyol datang pada tahun 1591, suku
Astek-lah yang mereka kenal sebagai penanam dan yang mengusahakan tanaman kakao
(Soenaryo, 1978 ; Minifie, 1970).
Pada waktu itu, pengolahan biji kakao oleh orang-orang Indian dilakukan dengan cara menyimpan biji kakao dan mengeringkannya di bawah sinar matahari. Bij yang telah dikeringkan tersebut selanjutnya disangrai di dalam pot tanah, tetapi sebelumnya kulit bijinya dihilangkan dan digerus dengan lumpang batu. Adonan ini kemudian dicampur dengan jagung dan rempah dan dijadikan kue atau dodol. Untuk membuat minuman, secuil kue ini diaduk dengan air yang dapat juga ditambahkan dengan vanili. Campuran ini disebut dengan “chocolatl” (Chatt, 1953). Pada waktu itu biji kakao tidak hanya digunakan sebagai minuman, tetapi juga digunakan sebagai alat barter, pembayaran upeti, juga digunakan dalam kegiatan upacara keagamaan dan pengobatan (Wood, 1975).
Pada waktu itu, pengolahan biji kakao oleh orang-orang Indian dilakukan dengan cara menyimpan biji kakao dan mengeringkannya di bawah sinar matahari. Bij yang telah dikeringkan tersebut selanjutnya disangrai di dalam pot tanah, tetapi sebelumnya kulit bijinya dihilangkan dan digerus dengan lumpang batu. Adonan ini kemudian dicampur dengan jagung dan rempah dan dijadikan kue atau dodol. Untuk membuat minuman, secuil kue ini diaduk dengan air yang dapat juga ditambahkan dengan vanili. Campuran ini disebut dengan “chocolatl” (Chatt, 1953). Pada waktu itu biji kakao tidak hanya digunakan sebagai minuman, tetapi juga digunakan sebagai alat barter, pembayaran upeti, juga digunakan dalam kegiatan upacara keagamaan dan pengobatan (Wood, 1975).
2.
Pengertian dari cacao
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang
peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia
lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga
berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri
(Departemen Perindustrian, 2007).
Kakao merupakan tumbuhan tahunan berbentuk pohon yang
biasanya mempunyai ketinggian hingga 10 m. Tanaman kakao dapat tumbuh dan
berproduksi baik pada keadaan iklim dan keadaan tanah yang sesuai. Kakao
merupakan tanaman tropis yang suka akan naungan (Shade Loving Plant) dengan
potensi hasil bervariasi 50-120 buah/ pohon/ tahun (Rahmitasari, 2010).
Dalam komoditas perdagangan kakao dunia dibagi menjadi dua
kategori besar biji kakao :
a. Kakao
mulia (“fine cocoa”) Secara umum, Kakao mulia diproduksi dari varietas Criolo
b. Kakao curah (“bulk
or ordinary cocoa”) Kakao curah berasal dari jenis Forastero (Depperin, 2010).
Batang dan Cabang
Warna batang coklat tua kehitaman, alur pada kulit batang
utama teratur dan rapi, sedangkan alur pada cabang kurang tegas. Permukaan
batang utama kasar, alurnya berwarna agak keputihan.
Daun
Bentuk daun ujungnya runcing, ada penyempitan pada
pangkalnya (bottle neck) warna daun hijau tua tegas, sedangkan daun muda merah.
Daun muda ditumbuhi bulu yang berwarna merah.
Bunga
Letak dan sebaran bunga pada batang dan cabang merata.
Kuncup bunga warna merah, tangkai berwarna merah dan bagian bawahnya agak
kekuningan, panjang tangkai bunga rata-rata 1,1 cm. Bunga mekar berdiameter 1,2
cm dan tinggi mahkota bunga ± 0,8 cm. Kelopak bunga bagian atas dan bawahnya
agak kemerahan. Bunga memiliki 5 benang sari palsu.
Buah
Buah muda (pentil) berwarna merah agak mengkilat,ujung
pentil runcing, pangkal pentil tumpul. Buah memiliki 10 alur berwarna putih
kehijauan sedang warna punggungnya merah, terdapat penyempitan yang jelas pada
buah dan ujung buah runcing. Buah masak berwarna merah jingga yang dimulai dari
alurnya. Ketebalan kulit pada alur terdalam ± 1cm dan ketebalan kulit pada
punggungnya 1-3 cm, kulit keras.
Biji
Warna kulit biji basah coklat kekuningan dengan alur pada kulit
biji tegas, jumlah alur pada kulit biji rata-rata 15,4. Jumlah biji per buah
30-35. Berat biji basah tanpa pulp rata-rata 2,54 gram. Warna kotiledon biji
dominan putih tetapi tardapat beberapa biji ungu muda (Satriono, 2009).
3.
Cara Penanaman
Lubang
tanam dibuka kembali sebesar tanah putaran atau besarnya keranjang / plastik
dari bibit sebelum penanaman dilakukan.
Sebelum bibit ditanam,
bagi bibit keranjang atau kantong plastik, kranjang atau plastiknya harus
dilepas terlebih dahulu dengan cara :
Ø Mula – mula alas keranjang / kantong plastik digunting.
Ø Lalu
bibit dimasukan ke dalam lubang tanam yang dibuat sebesar tanah putaran dengan
telapak tangan sebagai penumpu alas bibit.
Ø Kemudian dinding
keranjang atau kantong plastik digunting dari atas kebawah.
Ø Sesudah itu keranjang
atau plastik ditarik keluar.
Setelah bibit di tanam
sedalam leher akar maka tanah disekitar bibit dipadatkan serta permukaannya
dibuat meninggi menuju leher akar.
Ø Hama
·
Penggerek cabang (Zeuzera
coffeae)
Bagian yang diserang adalah cabang berdiameter 3-5 cm.
Gejala: cabang mati atau mudah patah.
Pengendalian: membuang cabang yang terserang, kemudian
dengan predator alami:
·
jamur Beauveria
bassiana.
·
Kepik penghisap buah
kakao (Helopeltis sp.)
Bagian yang diserang buah dan daun muda, kuncup bunga.
Gejala: bercak kakao kehitaman berbentuk cekung
berukuran 3-4 mm. Pengendalian:
membuang bagian yang terserang. Predator:
belalang sembah, kepik predator. Selain itu menggunakan insektisida Baytroid
50EC, Lannate 25 WP, Sumithion 50 EC, Leboycid 50 EC, Orthene 75 SP.
·
Penggerek buah kakao (Conopomorpha
cramerella atau Cocoa Mot.)
Bagian yang diserang adalah buah kakao.
Gejala: daging buah busuk.
Pengendalian: membuang dan mengubur buah sisa panen dengan
serempak, menutupi buah dengan kantung plastik dengan lubang di bagian
bawah.
·
Kutu putih (Planococcus
citri.)
Bagian yang diserang adalah tunas, bunga, calon buah.
Gejala: timbul tunas tumbuh
tidak normal (bengkok). Selain itu terlihat pertumbuhan bunga dan calon buah
tidak normal.
Pengendalian: gunakan insektisida berbahan aktif
monokrotofas, fosfamidon, karbaril.
·
Ulat kantong (Clania sp.,
Mahasena sp.)
Bagian yang diserang adalah daun dan tunas.
Gejala: tanaman gundul dan kematian pucuk.
Pengendalian: dengan parasit Exoresta uadrimaculata,
Tricholyga psychidarum . Selain itu gunakan insektisida racun perut,
Dipterex dan Thuricide.
Kutu jengkal (Hyposidra talaca.)
Bagian yang diserang adalah daun (muda dan tua).
Gejala: habisnya helaian daun, tinggal tulang daun
saja.
Pengendalian: gunakan insektisida Ambush 2 EC, Sherpa 5 EC
(0,15-0,2%).
1. Cara Panen
Untuk memanen cokelat digunakan pisau
tajam. Bila letak buah tinggi, pisau disambung dengan bambu. Cara pemetikannya,
jangan sampai melukai batang yang ditumbuhi buah. Pemetikan cokelat hendaknya
dilakukan hanya dengan memotong tangkai buah tepat dibatang/cabang yang
ditumbuhi buah. Hal tersebut agar tidak menghalangi pembungaan pada periode
berikutnya. Pemetikan berada di bawah pengawasan mandor. Setiap mandor
mengawasi 20 orang per hari. Seorang pemetik dapat memetik buah kakao
sebanyak 1.500 buah per hari. Buah matang dengan kepadatan cukup
tinggi dipanen dengan sistem 6/7 artinya buah di areal tersebut dipetik enam
hari dalam 7 hari. Jika kepadatan buah matang rendah, dipanen dengan sistem
7/14.